Nama NIM Kelas | : : : | Fauzan Hashifah Permana P17334111036 IA |
LEMBAR DATA KEAMANAN (MATERIAL SAFETY DATA SHEET)
DIETIL ETER
Nama lain : eter, etil eter, etoksietana, 1,1 '-oxybis etana, dietil oksida, ether, etil oksida, ether, anestesi eter, RCRA limbah nomor U117, pelarut eter, 3-oxapentane
Rumus molekul : C4 H 10 O ; O
Sifat fisis :
Penampilan: cairan tak berwarna , bening
Titik lebur: -116
Titik didih: 34,6
Spesifik gravitasi: 0,71
Tekanan uap: 400 mm Hg pada 18 C
Titik nyala: -40 C
Ledakan batas: 1,7% - 48%
Suhu autoignition : 170 C
Kelarutan air: 6,9% (20 C)
Penggunaan :
Gunakan hanya di daerah yang memiliki ventilasi pembuangan yang baik. Hindari kontak dengan kulit dan mata. Jangan mengirup uap atau gas semprotan. Tinakan pencegahan terhadap listrik statis. Jauhkan dari nyala api terbuka, permukaan panas, dan sumber api.
Dietil eter merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan memiliki kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untukekstrasi cair-cair. Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisa eter biasanya berada paling atas. Sebagai salah satu pelarut umum untuk reaksi Grignard, dan untuk sebagian besar reaksi yang lain melibatkan berbagai reagen organologam, Dietil eter sangat penting sebagai salah satu pelarut dalam produksi plastik selulosa sebagai selulosa asetat. Dietil eter memiliki angka setana yang tinggi, 85 sampai 96, digunakan sebagai salah satu cairan awal untuk mesin diesel dan bensin karena keatsiriannya yang tinggi dan temperatur autosulutan. Selain itu dietil eter merupakan anestetika yang paling sering digunakan dan dianggap aman.
Proses produksi :
Proses produksi Dietil eter secara langsung yang paling banyak di dunia adalah sulfuric acid atau proses Barbet. Konversi Dietil eter yang dihasilkan sebesar 94-94% (Ullman, 1987). Kelemahan dari proses ini adalah pemisahan katalis masih sulit dan mahal serta katalis bersifat korosif sehingga membutuhkan investasi peralatan cukup mahal.
Sebagian besar dietil eter diproduksi sebagai produk sampingannya fase-uap hidrasinya etilena untuk menghasilkan etanol. Proses ini menggunakan dukungan solid katalis asam fosfat dan bisa disesuaikan untuk menghasilkan eter lebih banyak lagi. Fase-uap dehidrasinya etanol pada sejumlah katalis alumina bisa menghasilkan dietil eter sampai 95%.
Dietil eter bisa dipersiapkan di dalam labolatorium dan pada sebuah skala industri oleh sintesis eter asam. Etanol dicampur dengan asam yang kuat, biasanya asam sulfat, H2SO4. Disosiasi asam menghasilkan ion hidrogen, H+. Sebuah ion hidrogen memprotonasi atom oksigen elektronegatifnya etanol, memberikan muatan positif ke molekul etanol:
CH3CH2OH + H+ → CH3CH2OH2+
Sebuah atom oksigen nukleofilnya etanol tak terprotonasi mengsubsitusi molekul air (elektrofil), menghasilkan air, sebuah ion hidrogen dan dietil eter.
CH3CH2OH2+ + CH3CH2OH → H2O + H+ + CH3CH2OCH2CH3
Reaksi ini harus berlangsung pada suhu yang lebih rendah dari 150 °C agar tidak menghasilkan sebuah produk eliminasi (etilena). Pada temperatur yang lebih tinggi, etanol akan terdehidrasi untuk membentuk etilena. Reaki menghasilkan dietil eter adalah kebalikannya, sehingga pada akhir reaksi akan tercapai kesetimbangan antara reaktan dengan produk. Untuk menghasilkan eter yang bagus maka eter harus disuling dari campuran reaksi sebelum eter kembali menjadi etanol, dengan memanfaatkan prinsip Le Chatelier .
Reaksi lainnya yang bisa digunakan untuk mempersiapkan eter adalah sintesis eter Williamson, dimana sebuah alkoksida (yang dihasilkan dengan memisahkan/menguraikan sebuahlogam alkali di dalam alkohol) melakukan substitusi nukleofilik di sebuah alkil halida (haloalkana).
Penanganan limbah selama produksi :
Tinggalkan bahan kimia dalam wadah aslinya. Jangan dicampurkan dengan limbah lain. Tangani wadah kotor seperi produknya sendiri.
Kendali mutu selama produksi :
Konversi etanol menjadi dietil eter pada reaksi fase cair sangat kecil, sehingga disarankan menggunakan reaksi pada fase gas dengan suhu tinggi.
Penanganan :
Tertumpah
Sedikit tumpahan:
Encerkan dengan air dan lap, atau serap dengan bahan kering yang inert dan tempatkan dalam wadah pembuangan limbah yang sesuai.
Tumpahan besar:
cairan mudah terbakar. Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Hentikan kebocoran/sumber tumpahan jika tanpa risiko. Serap dengan tanah kering,
pasir atau materi yang tidak mudah terbakar. Jangan menyentuh bahan yang tertumpah.Mencegahnya masuk ke dalam selokan, ruang bawah tanah atau daerah terutup ; buat tanggul jika diperlukan. Hati-hati bahwa produk tidak hadir pada tingkat konsentrasi di atas NAB. Periksa NAB pada MSDS dan dengan pemerintah setempat.
Pembuangan
Konsultasikan dengan pemerintah (regulator limbah). Limbah harus dibuang sesuai dengan federal, negara bagian dan peraturan lokal pengendalian lingkungan.
Bahaya ledakan atau terbakar
Cairan mudah terbakar, larut atau terdispersi dalam air. Api kecil : gunakan serbuk kimia (chemical powder) kering. Kebakaran besar : gunakan busa alkohol, semprotan air atau asap. Dinginkan dengan mesin berjet air untuk mencegah tekanan membesar, kebakaran, atau ledakan.
Dampak pada kesehatan :
Kulit : Kontak berulang atau kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan iritasi kulit dan dermatitis, karena sifat produk yang penghancur lemak (degreasing).
Mata : Sangan mengiritasi mata.
Terhirup : Apabila terhirup dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan ketidaksadaran, pusing, muntah, lemas, sakit kepala, sianosis. Uapnya mungkin memiliki efek narkotik.
Tertelan : LD50/tertelan/tikus = 1,215 mg / kg
LC50/tertelan/berbahaya/tikus = 73000 ppm
Penelanan dalam jumlah besar dapat menyebabkan cacat pada sistem saraf pusat (misalnya : pusing, sakit kepala)
Pertolongan pertama
Kulit : Lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan cuci kulit yang terkena dengan sabundan air. Cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali. Jika iritasikulit berlanjut, hubungi dokter.
Mata : Jika substansi telah masuk ke mata, cuci dengan air atau larutan garam selama minimal 15 menit. Konsultasikan dengan dokter untuk kasus yang parah.
Terhirup : Pindah ke tempat berudara segar dalam kasus inhalasi uap tidak disengaja. Jaga pasien dalam keadaan hangat. Untuk kasus sesak nafas, berikan oksigen. Berikan pernafasan buatan hanya jika pasien tidak bernafas atau di bawah pengawasan medis. Jangan gunakan pernafasan buatan mulut ke mulut (mouth to mouth) atau mulut ke hidung (mouth to nose). Gunakan instrument/ perlengkapan yang sesuai. Konsultasikan dengan dokter setelah eksposur yang signifikan.
Tertelan : Bilas mulut. Jangan memaksakan muntah tanpa saran medis. Berikan pernafasan buatan hanya jika pasien tidak bernafas atau di bawah pengawasan medis. Jangan gunakan pernafasan buatan mulut ke mulut (mouth to mouth) atau mulut ke hidung (mouth to nose). Gunakan instrument/ perlengkapan yang sesuai. Konsultasikan dengan dokter setelah eksposur yang signifikan.
Lampiran :
Daftar Pustaka
Lab Scan Analytical Science MSDS
Diethyl Ether MSDS 2008 signatured by Jitendra Panchal
http://www.sciencelab.com/msdsList.php diakses pada Rabu, 05 Oktober, 2011, 7:39:57 AM
Proses Produksi DiEtil Eter dengan Dehidrasi Etanol pada Fase Cair oleh Nike Dwi Savitri (L2C005286) dan Veronica (L2C005325) Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
http://id.wikipedia.org/wiki/Dietil_eter diakses pada Rabu, 05 Oktober, 2011, 7:31:42 AM
0 comments:
Post a Comment